Seolah Indonesia tak mau ketinggalan dengan berkembangnya blockchain yang secara masif di berbagai sektor industri, termasuk sektor pelabuhan seperti pelabuhan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) dan juga Marseille-Fos Port di Prancis, PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) atau disebut Indonesia Port Corporation (IPC) bakal menjadi pelopor penggunaan teknologi Blockchain untuk manajemen data digital di pelabuhan tanah air.
Menurut Direktur Utama IPC – Elvyn G Masassya, saat ini IPC tengah berada dalam fase pertama dari program transformasi menjadi sebuah perusahaan pengelola pelabuhan kelas dunia (world class port operator) pada tahun 2020 mendatang.
Rampung dari fase pertama, laju transformasi perusahaan kemudian bakal diarahkan menuju fase kedua, di mana IPC bertekad tidak lagi semata-mata menjadi sebuah perusahaan infrastructure player, melainkan berkembang jauh menjadi trade fasilitator.
“Kalau dulu pelabuhan semata-mata hanya berperan untuk memudahkan arus barang dari port to port (P2P), sekarang tidak cukup lagi sampai di situ. Peran pelabuhan harus sudah sampai door to door (D2D), yaitu dari pabrik hingga ke importir di luar negeri, atau juga dari pabrik di luar negeri sana langsung ke customer di dalam negeri. Kami harus bisa berperan menjadi trade fasilitator, dan untuk menuju ke sana basisnya adalah digital, the digital port,” tutur Elvyn.
Ia mencontohkan, pelabuhan-pelabuhan di bawah naungan IPC nantinya bakal dikelola secara fully otomatic dengan memanfaatkan sistem robotik. Crane-crane dan truk-truk pengangkut di terminal akan beroperasi secara mandiri berdasarkan kendali remote jarak jauh atau perencanaan (planning) yang sudah disusun sebelumnya secara computerized.
“Untuk mengendalikan itu semua, kami akan menggunakan artificial intelligence atau AI. Lalu manajemen datanya kami akan menggunakan blockchain. Lalu ada juga pemanfaatan big data, internet of thing (IoT) dan sebagainya. Semua layanan akan terkoneksi dalam satu platform bersama,” ungkap Elvyn.
Targetnya, pada tahun 2022 mendatang semua proses otomasi dan digitalisasi itu benar-benar sudah bisa diimplementasikan.
“Dengan begitu, ketika proses digitalisasi sudah mulai jalan di 2022, maka diharapkan bisa lebih mendukung target kami untuk bisa mengambil peran sebagai trade fasilitator pada 2024 mendatang,” jelas Elvyn.
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau KADIN mendorong berbagai sektor industri untuk bisa membuka diri terhadap pemanfaatan teknologi blockchain. Dengan kemampuannya menghubungkan kedua pihak secara langsung (end to end) secara realtime, blockchain diyakini dapat mengurai permasalahan logistik yang selama ini selalu menjadi isu krusial di Indonesia.
“Masih banyak orang kan mikirnya blockchain itu udah langsung bitcoin aja, atau cryptocurrency. Padahal secara teknologi blockchain ini sangat usefull. Powerfull. Semangat blockchain adalah menghilangkan peran perantara. Dia menghubungkan pembeli dan penjual secara langsung. End to end. Jadi nanti akan hilang tuh mata rantai sebagai intermediary,” ujar Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Logistik dan Rantai Pasok, Rico Rustombi, dalam kesempatan terpisah.
Di industri pelabuhan, menurut Rico, keberadaan blockchain juga bisa dimanfaatkan untuk menyederhanakan rantai layanan logistik di pelabuhan yang selama ini sangat panjang sehingga membuat biaya layanan menjadi mahal.
Langkah dalam mendorong efisiensi lewat blockchain ini telah dilakukan oleh Pelabuhan Abu Dhabi, dengan menggunakan platform yang diberi nama Silsal. Selain untuk efisiensi harga layanan, pemanfaatan blockchain ini juga diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan data perdagangan yang ada di pelabuhan.
Selain Pelabuhan Abu Dhabi, penerapan blockchain di pelabuhan juga dilakukan oleh Marseille-Fos Port, pelabuhan terbesar di Perancis. Pemanfaatan blockchain di Marseille-Fos Port juga dimaksudkan untuk menyederhanakan sistem logistik pelabuhan sehingga kinerja layanan yang dihasilkan dapat lebih cepat dan maksimal.
Menurut hasil riset yang telah dipresentasikan oleh World Economic Forum (WEF), pemanfaatan teknologi blockchain diyakini dapat menghemat total biaya logistik di seluruh dunia hingga sebesar 20 persen. Diharapkan ke depan bakal semakin banyak pelabuhan yang mulai mengadopsi blockchain untuk dapat mempermudah segala proses layanan yang ada di pelabuhan, sekaligus juga menekan biaya logistik yang ada. (wartaekonomi)
Gambar sampul ANTARA FOTO / Dhemas Reviyanto
The post Pelindo II Bakal Gunakan Blockchain Yang Diterapkan Di Pelabuhan appeared first on .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar