Blockchain merupakan sebuah buku besar/ledger terdistribusi yang menyimpan data digital atau peristiwa dengan cara yang membuat mereka tahan terhadap kerusakan. Meskipun banyak pengguna dapat mengakses, memeriksa atau menambah data, mereka tidak dapat mengubah atau menghapus catatan tersebut. Informasi asli tetap tersimpan, meninggalkan jejak informasi yang tetap dan publik, atau rantai transaksi.
Baca juga: 3 Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Berinvestasi Dalam Program ICO
Teknologi blockchain memungkinkan pengguna/partisipan yang tidak saling kenal untuk melakukan sebuah transaksi tanpa perantara sekalipun. Disintermediasi yang kuat ini dapat dimanfaatkan di bidang manajemen rantai pasokan, terutama di gudang penerimaan, yang menderita pemalsuan skala besar.
Misal ketika kita membayangkan sebuah pasar keuangan modern, kita tentu saja membayangkan peralatan mutakhir dan teknologi yang berteknologi tinggi. Sementara yang masih terjadi di beberapa pasar, mereka masih bergantung pada kertas cetak.
Oleh karena itu, para pedagang harus mengandalkan dokumen yang dikenal sebagai resi gudang untuk menjamin eksistensi dan kepemilikan setiap pon yang terlibat dalam semua transaksi. Namun, sifat yang berbasis kertas ini dari kuitansi ini membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi penipu/pemalsuan dokumen.
Selain itu, dokumen ini juga bisa dijadikan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman, karena bank memperbolehkan peminjaman uang dari komoditas logam/semacamnya (aset) yang seharusnya real atau nyata di gudang. Nah masalah utama ini timbul saat dokumen/receipt gudang ini telah dipalsukan, dan hal ini telah terjadi berulang-ulang lebih dari satu kali di kehidupan kita.
Pada tahun 2014 saja, beberapa bank mengungkapkan bahwa hampir $ 648 juta kecurangan yang melibatkan logam tembaga, aluminium dan alumina yang disimpan di pelabuhan Qingdao China meningkat. Sekarang saja, pada tahun 2017, beberapa bank juga menghadapi kerugian jutaan dolar setelah tertipu untuk meminjamkan dana dalam kasus yang serupa.
“Ada beberapa tanda bahwa industri tersebut bergerak menuju database terdistribusi yang dikenal sebagai Blockchain yang akan memperbaiki cara kepemilikan verifikasi ini,” jelas Mark Burton, reporter Bloomberg. Pada bulan Maret, Natixis bekerja sama dengan pedagang komoditas Trafigura BV dan pengembang teknologi informasi IBM Corp. Untuk membuat sebuah sistem yang didukung oleh buku besar/ledger digital. Platform ini akan terbuka untuk semua pengguna dan setiap kegiatan untuk mengubah faktur atau penggunaan dokumen.”
Ledger digital ini, meski bukan solusi pasti untuk masalah pemalsuan data gudang, namun merupakan sebuah langkah maju yang penting dalam era digitalisasi dan pengamanan transaksi rantai pasokan.
“Blockchain bisa memberikan bukti algoritmik keberadaan dan kepemilikan suatu barang, tapi apa jadinya jika suatu item ini diselundupkan melalui backdoor gudang dan dibawa ke lokasi lain untuk mendapatkan pinjaman baru?”
Salah satu solusi untuk masalah “penggunaan ganda” ini adalah dengan menghubungkan Blockchain ke pintu gudang juga. Dalam sistem Blockchain of Things, setiap pergerakan item akan diidentifikasi, dilacak dan dicatat secara immutably pada ledger terdistribusi, hal ini akan memecahkan masalah pemalsuan dan penyelundupan yang kini masih meresahkan.
Ikuti Twitter Bitcoinnewsindo untuk update berita bitcoin, blockchains dan cryptocurency lainnya.
Bagaimana Blockchain Bisa Mencegah Kasus Penipuan Dalam Gudang Penyimpanan
The post Bagaimana Blockchain Bisa Mencegah Kasus Penipuan Dalam Gudang Penyimpanan appeared first on Indo Bitcoin News.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar