Lima bursa cryptocurrency dari negara China telah berhenti atau memilih untuk menghentikan operasinya bulan ini akibat sikap anti-kripto Beijing yang masih memanas.
Operator bursa Bitsoda mengumumkan pada 23 November 2019 tentang keputusannya untuk menghentikan layanan; kemudian diikuti oleh Akdex, mengumumkan keputusannya pada 24 November 2019.
Di tanggal 24 November 2019, Idax mengutip kebijakan pemerintah China sebagai dasar keputusannya untuk mencegah klien domestik menggunakan layanannya.
Dengan referensi eksplisit dari kebijakan pemerintah, Btuex mengumumkan pada 25 November 2019 bahwa mereka juga akan menghentikan layanan bursanya dengan segera dan akan membuka kembali layanannya di masa depan nanti untuk pelanggan luar negeri saja.
4 November 2019, bursa crypto Biss mengumumkan bahwa pihaknya berencana untuk melanjutkan layanannya secepat mungkin.
Telah dilaporkan bahwa pihak berwenang telah berhasil menangkap 10 tersangka yang terkait dengan kasus bursa. Sementara informasi seputar penangkapan masih sangat sedikit, laporan mengklaim bahwa pihak yang berwenang menemukan layanan Biss ‘melanggar kontrol modal Cina.
Bloomberg minggu ini menerbitkan sebuah laporan yang mengklaim bahwa kejadian ini sebagai sarana “pembersihan terbesar sektor ini” sejak terjadi beberapa kasus besar di Beijing pada September 2017.
Mengutip data dari perusahaan intelijen blockchain, Chainalysis, laporan Bloomberg mencatat bahwa 20 dari 50 bursa crypto global berbasis di kawasan Asia-Pasifik, terhitung sekitar 40% dari transaksi Bitcoin pada paruh pertama 2019. Di Asia-Pasifik, Data Chainalysis menunjukkan bahwa bagian terbesar dari bursa berbasis di Cina.
Penegasan kembali Beijing atas sikap garis kerasnya telah ditafsirkan sebagai upaya untuk mencegah apa yang dianggapnya sebagai ekses spekulatif yang terkait dengan perdagangan crypto, yang katanya dikhawatirkan dapat meningkat menyusul dukungan publik secara besar-besaran terhadap blockchain oleh Presiden Xi Jinping pada Oktober lalu. Media pemerintah sejak itu memperingatkan publik untuk tetap “rasional.”
Kejelasan atau pengekangan?
Katie Talati, kepala penelitian di manajer aset Arca yang berbasis di Los Angeles, mengatakan kepada wartawan:
“China merasa perlu memiliki kontrol yang lebih ketat di pasar crypto termasuk bursa, penambang dan penerbit aset.”
Talati berargumen bahwa posisi Beijing berkembang ke dalam arah yang serupa seperti Jepang, di mana “peraturan yang ketat dan jelas untuk bisnis crypto” sedang dibentuk.
The post Lima Bursa Crypto Di Negara China Menghentikan Layanannya appeared first on .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar