Ryan Kiryanto seorang Chief Economist BNI lewat Investor.id sebutkan manfaat blockchain terhadap bidang perbankan.
Menurut lembaga pemeringkat global yaitu Moody’s Investors Service (sebuah credit rating agency) yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, mengatakan bahwa ada dua resiko besar yang harus dihadapi perbankan di kawasan Asia Pasifik:
“Pertama, semakin membesarnya porsi utang yang dibukukan oleh korporasi-korporasi ketika suku bunga cenderung melandai. Kedua, stress test (uji daya tahan) perbankan di India dan Indonesia dinilai paling rentan (most vulnerable) di kawasan Asia Pasifik” tulis Kiryanto.
Stress test bank didefinisikan sebagai analisis yang dilakukan di bawah skenario ekonomi yang tidak menguntungkan, seperti resesi berkepanjangan atau krisis keuangan, yang dirancang guna menentukan tingkat kecukupan modal bank (capital adequacy ratio/CAR) dalam menahan dampak ketidakstabilan atau pemburukan ekonomi. Intinya, stress test bank merupakan “simulasi bencana” pada institusi perbankan.
Moody’s menyatakan adanya potensi risiko gagal bayar dari korporasi-korporasi di Indonesia, yang memiliki eksposur utang di perbankan. Risiko tersebut dipengaruhi oleh menurunnya kinerja korporasi dalam membukukan pendapatan di tengah turbulensi ekonomi global.
Menurut Kiryanto perbankan harus melakukan perubahan model bisnis sejalan dengan perubahan perilaku konsumen bank. Tren penggunaan teknologi digital bisa menjadi jalan pintas yang tidak bisa diabaikan dan dimungkiri. Hal ini sekaligus memberikan peluang yang baik bagi bank.
Penggunaan teknologi digital ini nantinya akan meningkatkan proses transaksi dan operasional bank serta meningkatkan customer experience sebutnya.
Kenyamanan dan kepuasan nasabah akan meningkat dengan sendirinya saat melakukan transaksi melalui real–time cross–border payments, mobile payment services, dan application programming interface (API) dengan segala benefits-nya. API adalah sebuah teknologi untuk memfasilitasi pertukaran informasi atau data antara dua atau lebih aplikasi perangkat lunak.
Manfaat dari teknologi digitalisasi ini di perkuat dengan hasil riset dari UBS Investment Research yang berjudul “Indonesia Market Strategy, Our Ideas for H219”, yang terbit pada 11 September 2019, penggunaan metode mobile payment melalui piranti mobile banking meningkat dari 4% (2014) menjadi 55% (2019). Lonjakan ini terjadi karena didorong oleh tingkat kepuasan nasabah dalam melakukan transaksi pembayaran.
Manfaat Blockchain
Dalam akhir artikelnya, Kiryanto menyebutkan manfaat dari teknologi Blockchain pada bisnis perbankan secara gamblang. Tuturnya teknologi blockchain untuk aktivitas trade finance bagi perusahaan dan bank komersial menjadi penting.
Kiryanto menambahkan:
“Contohnya, 14 bank di Thailand telah merilis platform blockchain–based trade finance pada Maret 2018 lalu untuk penerbitan letters of guarantee. pada Mei 2018, tujuh bank di India menggabungkan blockchain– based trade finance network dengan tujuan mendigitalisasi dan mengotomasi proses trade finance.
Kemudian, 12 bank di Hong Kong telah mengembangkan eTradeConnect, sebuah platform blockchain– based trade finance yang dirilis pada Oktober 2018.”
Menurut Kiryanto untuk meraih kesuksesan, perbankan nasional harus mempercepat keandalan digitalisasi perbankannya untuk dapat mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekuatan yang unik tersebut untuk memenuhi kepentingan bank (profitabilitas, solvabilitas, dan rentabilitas) sekaligus kepentingan nasabah (kepuasan, kenyamanan dan keamanan).
Karena perbankan memiliki peran vital dalam perekonomian suatu negara, terutama dalam menggerakkan roda perekonomian melalui fungsi intermediasi, maka penguatan fundamental perbankan Indonesia menjadi penting dan mutlak untuk terus diupayakan sehingga perbankan nasional mampu mempertahankan dirinya dari berbagai risiko yang setiap saat mengintainya.
(Sumber: Investor) Gambar sampul dari purworejo-connect.org
The post Kepala Ekonom BNI Sebut Blockchain Dapat Berperan Besar Untuk Memperkuat Perbankan appeared first on .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar