Selasa, 25 September 2018

Korea Utara Hindari Sanksi AS Menggunakan Cryptocurrency

Korea Utara Hindari Sanksi AS Menggunakan Cryptocurrency

Korea Utara Diduga Melakukan Cuci Uang/Money laundering Menggunakan Crypto

Korea Utara dilaporkan meningkatkan penggunaan cryptocurrency untuk menghindari sanksi ekonomi AS. Diduga negara itu sedang mengembangkan aset cryptonya sendiri untuk membantu memindahkan uang melintasi perbatasan, menurut duo analis keuangan intelijen dari Washington D.C.

Menurut rincian wawancara dengan publikasi berita bisnis berbasis di Hong Kong, Asia Times, analis keuangan independen Lourdes Miranda dan Ross Delston percaya bahwa Korea Utara telah menggunakan cryptocurrency untuk menghindari sanksi ekonomi AS.

“Para penjahat internasional di mana saja lebih memilih cryptocurrency dan [Republik Rakyat Demokratik Korea], DPRK tidak terkecuali. Cryptocurrency memiliki keuntungan tambahan bagi DPRK untuk memberi mereka lebih banyak cara untuk menghindari sanksi AS. Mereka dapat melakukannya dengan menggunakan bursa internasional, mixing dan shifting service – mencerminkan siklus pencucian uang,” jelas Miranda dan Delston.

Pasangan analis tersebut menjelaskan bahwa Korea Utara akan menggunakan “mixer” yang juga dikenal sebagai “Laundry, Tumbler dan Washer” untuk memindahkan cryptocurrency sedemikian rupa sehingga menyembunyikan jejak mereka.

Korea Utara Mengembangkan Cryptocurrency Mereka Sendiri

Mengikuti jejak Iran, Korea Utara mungkin juga sedang menciptakan cryptocurrency sendiri untuk tujuan menghindari sanksi ekonomi.

Miranda dan Delston menyarankan bahwa memiliki “cryptocurrency mereka sendiri juga akan memfasilitasi kemampuan mereka untuk membuka akun online dengan kedok negara non-permusuhan/non-adversarial nation menggunakan komunikasi anonim untuk menyembunyikan lokasi dan penggunaan pengguna di internet.”

Kedua analis percaya bahwa DPRK dapat menciptakan layanan dompetnya sendiri sehingga dapat memindahkan dana dari akun-akun berbasis Eropa yang tidak menampilkan informasi yang dapat diidentifikasi secara pribadi, untuk menyembunyikan negara asal dana tersebut.

“Misalnya, DPRK dapat membuka dompet online menggunakan layanan berbasis Rusia, mentransfer cryptocurrency ke dalam layanan dompet berbasis di Bulgaria dan kemudian mentransfernya kembali ke layanan dompet berbasis Yunani, semua melalui komunikasi anonim dan menggunakan blockchain mereka sendiri.”

Setelah dana dipindahkan melalui sejumlah akun anonim, cryptocurrency akhirnya akan membuat jalan mereka ke bursa Eropa yang memiliki hubungan dengan bank yang berbasis di AS di mana mereka akan dikonversi ke USD.

Korea Utara, Rusia dan Iran menggunakan cryptocurrency untuk menghindari sanksi ekonomi internasional. Bulan lalu, Iran merilis rincian pertamanya tentang cryptocurrency negaranya, yang bernama Rial digital.

The post Korea Utara Hindari Sanksi AS Menggunakan Cryptocurrency appeared first on Bitcoin News | Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar